Selasa, 01 Februari 2011

MENIKAHLAH, KAU AKAN KAYA

Selama ini alur hidup yang banyak dianut oleh masyarakat kita adalah, hidup sudah mapan, sudah punya pekerjaan tetap, sudah punya rumah sendiri, dan telah mempunyai kendaraan yang layak, barulah seseorang dikatakan layak untuk menikah. Banyak orang tua yang menasehati anaknya,“Kalau bisa, kuliahnya cepat-cepat diselesaikan. Terus kerja. Jangan buru-buru menikah. Nanti kalau sudah mapan, sudah punya kerjaan yang tetap, punya rumah sendiri, baru tuh mulai mikirin nikah”

Ternyata logika tersebut tak sepenuhnya benar. Justru agama menyuruh kita dengan logika yang berbalikan dengan logika yang dianut oleh masyarakat kita. Jika masyarakat menganut prinsip, ‘Kalau ingin menikah, maka mapankan hidupmu dulu!’ atau dengan kalimat ringkas, ‘Kaya dulu, baru menikah’, justru logika agama menganjurkan hal yang berlawanan, ‘Jika ingin segera hidup mapan, maka menikahlah!’ atau dengan kalimat lain, ‘Kalau ingin hidup kaya, maka menikahlah!’.

Mungkin ada yang bertanya, ‘Lho, bagaimana mungkin bisa kaya dengan menikah?’.Saya pun langsung teringat pada kalimat langit yang memberi garansi ‘anti miskin’ bagi mereka yang melaksanakan pernikahan sebagai sarana untuk menjaga dirinya dari maksiat.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendiri (belum menikah) di antara kalian, demikian pula orang-orang yang shalih dari kalangan budak laki-laki dan budak perempuan kalian. Bila mereka dalam keadaan fakir maka Allah akan mencukupkan mereka dengan keutamaan dari-Nya.” (Q.s An-Nur: 32)

Merenungi firman Allah yang tegas itu, saya agak khawatir, ketika kita tak menyegerakan menikah dengan alasan takut tak bisa menanggung biaya hidup berumah tangga, bukankah sikap itu adalah bentuk keraguan terhadap firman Allah?. Padahal Allah adalah Dzat Yang paling menepati janji. Ya, tak tanggung-tanggung, Allah menjanjikan kehidupan yang berkecukupan bagi orang yang menikah.

Pernikahan adalah sebagai pembuka pintu rezeki.
Benarlah nasehat para ulama bahwa pernikahan adalah sumber rezeki. Sebaliknya, perceraian bisa merugikan bagi kekayaan anda.

Survei yang melibatkan 9.000 orang menunjukkan perceraian menurunkan kekayaan seseorang hingga 77 persen. "Cerai menyebabkan menurunnya kekayaan jauh lebih
besar daripada sekadar membagi rata harta gono-gini," kata Jay Zagorsky dari Ohio State University.

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu 1985 hingga 2000. Pada tahun 1985,
rata-rata usia pasangan yang disurvai antara 21 hingga 28 tahun.
Sebaliknya, pernikahan itu sendiri membuat seseorang lebih kaya daripada sekedar
menggabungkan kekayaan kedua pasangan. Setiap orang yang menikah, rata-rata memperoleh jumlah kekayaan dua kali lipat.

Hanya dari faktor pernikahan, tanpa melibatkan faktor lain dalam perhitungan,
seseorang meningkat kekayaannya sekitar 4 persen setiap tahun. Temuan tersebut
dijelaskan dalam Journal of Sociology.

"Jika Anda benar-benar ingin meningkatkan kekayaan, menikahlah dan pertahankan,"
kata Zagorsky. Di lain pihak, lanjutnya, hindari perceraian karena akan menurunkan kekayaan.

Setelah bercerai, pria memiliki kekayaan rata-rata 2,5 kali lebih besar daripada
wanita. Selisih di antara keduanya rata-rata berkembang menjadi sekitar 5.100
dollar AS saja.

Pada orang yang akhirnya bercerai, kekayaannya terus merosot selama empat tahun
menjelang perceraiannya dan mencapai titik terendah pada tahun perceraiannya.
Kekayaannya kembali naik perlahan setelah bercerai namun tidak terlalu besar. "Bahkan sekitar sepuluh tahun setelah bercerai, rata-rata kekayaannya di bawah 10 ribu dollar AS," kata Zagorsky.

Menurutnya, penelitian ini bukanlah sebagai pembenaran, tapi paling tidak ada
alasan yang dapat menjelaskan. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa hidup bersama membuat pasangan lebih efisien dan pengeluaran lebih murah ketika hidup serumah.

Logika sederhananya insyaallah begini. Kita hidup di dunia ini ‘kan sudah dijatah oleh Allah rezeki sekian-sekian. Namun datangnya rezeki itu bisa saja terhalang oleh beberapa hal, misal malas atau gengsi. Nah, setelah menikah, kita dituntut untuk bertanggungjawab menafkahi keluarga. Bagi yang berakal sehat, tanggungjawab menafkahi inilah yang akan menghapus kemalasan dan rasa gengsi yang dulu bersemayam di hati. Kita pun akan mengerjakan usaha ekstra keras, karena di rumah sudah ada keluarga yang sedang menanti nafkah dari kita.

ARTIKEL TERKAIT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar