suatu malam mendekati jam 9, jaman ane SMA belasan tahun lalu, di palembang, kota di mana ane lahir & besar, ane sama 3 temen di dalam mobil, abis jalan. di pinggir jalan raya, dengan lampu jalan yang temaram, dari kejauhan ane melihat seorang pria bersimpuh di dekat sepeda pancalnya. sepertinya sepedanya rusak. temen ane yang duduk di depan melihat,"kasihan banget tuh orang, malem sepi begini."
temen ane yang lain menimpali,"udah nasib wong itu mang, buntu." tak terasa, laju mobil yang temen ane bawa, mendekati si bapak." ane terkejut, membatin dalam hati,"itu bokap ane." temen2 ane ngga ada yang mengenali kalau itu bokap ane, karena mereka temen2 ane di SMA, yg belum pernah ke rumah ane, ane pun baru beberapa bulan akrab sama mereka, anak2 orang kaya di sebuah SMA paling elite di kota ane.
dalam hati, ane ingin meminta turun, tapi, ada suara lain, suara ego seorang remaja yang "malu" & "gengsi" kalau sampai temen2nya tau, bahwa bapaknya seorang buruh harian pabrik, yg kerja lembur setiap malam, mengayuh sepeda 6 KM PP setiap hari. mobil yang kami naiki melintas begitu saja.15 menit kemudian, ane minta diturunkan depan gang rumah ane. ane masih belum PD utk menunjukkan rumah ane yg gubuk & sederhana.
sekitar 30 menit kemudian, terdengar suara dering sepeda, bapak ane menuntun sepedanya, rupanya ada pelek sepeda yang patah. ane menyambut dingin, masih ada rasa "menyesal" & "mangkel" punya seorang ayah yg berpendidikan hanya SMP, buruh kasar, penghasilan pas-pasan, dibanding ayah2 temen ane yg rata-rata pejabat, pegawai berpangkat atau pengusaha kakap.
saat itu, ane masih ingat aroma keringat campur oli menempel di baju kerja bokap ane. beliau duduk melepas lelah, beberapa saat kemudian ibu ane keluar membawa teh hangat, trus, bokap ane berdiri, mengambil bungkusan kresek di setang. tercium aroma khas, nasi bungkus rendang. "anak-anak, bapak bawa'in nasi bungkus lemburan."
subhanallah, beliau menahan lapar hanya utk menyenangkan ketiga buah hatinya. 2 adik ane keluar, mencium tangannya dan menyambut riang nasi bungkus. perlahan, hati ane mencair, ada rasa sesal, apalagi ketika menatap mata beliau yg jernih & tulus, helaan nafas kelelahan, tak terasa mata ane berkaca-kaca. bisik ane dalam hati"maafin aku pak, aku janji akan membuatmu bangga & bahagia." malam itu, ane tidur sambil terisak-isak.
garis nasib membawa ane ke Institut Gadjah Duduk, lulus dan kerja jadi kuli minyak di Aberdeen, kemudian bisa lanjut master di Univ. Texas, Austin, dan skg kerja di Jakarta. tadi sore, pulang kerja, ane janjian ama bini ketemu di PS. sambil nunggu, ane ke metro, ane inget bokap ane ultah, ane ambil sepotong jack nicklaus, dan sepasang sandal kulit. sepanjang yang ane inget, bokap ane hanya punya beberapa potong baju, yg bertahun2 dikenakannya hingga lusuh. bokap & nyokap ane mulai kelihatan "rapi" justru setelah ane & adik2 lulus kuliah & kerja, kami sering membelikan mereka busana yg pantas, ngajak makan di luar, sesuatu yg tidak pernah kami rasakan dulu, ketika di masa kecil.
di masa remaja, jujur ane malu kalau diajak bokap & nyokap menemani mrk ke suatu tempat, skg, dosa itu ane tebus dgn selalu menggandeng mrk ketika ke luar rumah.
bini ane pernah bertanya, kenapa ane begitu care sama orang kecil, belanja ngga pernah nawar, naek taksi/ojek kasih tips banyak, murah hati kpd org2 susah, kepada pedagang2 kecil, ane hanya menjawab,"aku juga sama spt mereka, dulu. dan bisa menjadi begini, karena jerih payah orang tua, mereka memang miskin harta, tapi kaya hati."
sampai detik ini, ortu ane ngga pernah meminta uang sepeserpun, ngga pernah mengungkit2 jerih payah mereka, ngga pernah mengharap imbalan sedikitpun.
kebanggaan mereka amat sederhana, ketika ditanya orang2 di kampung, "anak-anak sekarang bagaimana? ada di mana? jadi apa mrk skg?" mrk tidak pernah menjawab dengan sombong,"anakku jadi manager, rumahnya bagus, ke mana2 naik mobil diantar sopir, dll". tak pernah, mereka menjawab dgn lembut, diplomatis:"alhamdulillah, anak2 sehat, ada koq di jkt, ya, kerja biasa lah."
namun, ketika bersama kami, mereka mengungkapkan betapa bangga & bahagia, melihat kami skg, hanya itu.
agan-agan, sayangi, beri perhatian & senangkanlah kedua orang tua kita. doakanlah mereka, karena mereka telah berjuang, bekerja keras demi kita, doa mereka setiap hari, tak kunjung putus, cinta & kasih sayang mereka, sepanjang jalan.
sumber: kaskus.us
Senin, 26 Juli 2010
SEPOTONG CERITA TENTANG AYAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar