Ayah,
Dulu ku tak pernah tahu seberapa berat pekerjaanmu, pagi berangkat pulang larut malam, demi untuk menafkahi kami sekeluarga, demi memenuhi permintaan anak anaknya yang terkadang tak sadar akan kemampuan mereka.
Ayah,
Entah sudah berapa banyak nasihatmu masuk ke kupingku, tapi terkadang aku hanya membiarkannya melewati telingaku begitu saja. Maafkan aku ayah karena aku belum bisa menjadi seperti yang ayah mau, walaupun kau selalu tersenyum di hadapanku dan berkata "Semua itu ada waktunya".
Ayah,
Aku tahu kehidupan tak semulus kulit wanita, Aku tahu itu dari guratan guratan di dahi mu, meski kau harus jatuh tersungkur menghujam tanah tapi kau harus bangkit ayahku, ku tahu kau sudah tak sekuat dahulu otot-otot tua mu sudah memperlambatmu, tapi kau tak pernah mau kalah dengan keadaan, memaksa tubuh rentamu untuk bekerja.
Ayah,
Sudahlah berhenti, sekarang sudah saatnya kau duduk dan menikmati hidup, berikan tongkat estafet itu kepadaku agar aku yang berjuang. dan agar kami anak-anakmu bisa engkau banggakan di depan teman-temanmu.
Ayah,
Aku tahu setiap kata yang ku ucap dan setiap huruf yang ku tulis semua itu bisa ku lakukan atas jasamu.
Ayah, kau selalu terbangun lebih awal di banding matahari dan membangunkan kami dengan kata-kata indah. Ayah, Aku tahu pada saat aku masih kecil sampai kini aku selalu merepotkanmu dengan kelakuanku.
Ayah,
Aku tahu kau yang tak pernah terlelap tidurnya dan selalu menghiburku saat aku menangis ditengah kesunyian malam disaat aku teringat Ibu, dan kau membalas semua itu dengan senyuman dan belaian sayang.
Setelah dewasa biar kau tak lagi menemaniku di tengah malam, tapi kutahu setiap malam kau menguras air matamu dan memecah kesunyian malam dengan mengangkat tanganmu dan berdoa kepada Allah, dalam doa mu kau tak pernah memikirkan bagaimana nasibmu tapi yang selalu kau pinta adalah agar aku menjadi anak yang berguna, anak yang shaleh, anak yang kuat dan tabah.
Ayah,
Kau lebih menerangi hidup kami di banding matahari di siang hari. Terima kasih atas nasihat nasihatmu, apa yang kau larang bukan karena kau benci tapi atas dasar cintamu padaku anakmu.
Walaupun ku tak bisa menyampaikan ini padamu Ayah, karena air mataku pasti akan mengalir deras karena mengingat salahku padamu. Aku tahu kau akan selalu memaafkan aku sebesar apapun kesalahanku tapi tekadang Aku lah yang tak mau menyadari kesalahanku sendiri dan meminta maaf. mungkin bahwa Aku berfikir bahwa aku lebih pintar tapi aku terkadang lupa bahwa kau lah sebenarnya perpustakanku. Tanpamu Ayah, aku tak berani membayangkan apa jadinya diriku ini, Aku akan selalu mencintaimu Ayah.
------------------------
Saudaraku,
Lelaki terbaik diantara kita bukanlah orang yang hebat dalam segala hal, tetapi yang bisa berbuat baik (minimal) pada keluarganya. Begitu kata Rasulullah.
Biarpun dia dikenal “waahh” oleh semua orang, tapi jika tidak memberikan kebaikan untuk keluarganya, setidaknya dia bukanlah lelaki terbaik (menurut hadist tadi).
Kenapa? Karena peran keluarga demikian besar dalam pembentukan masyarakat yang lebih luas lagi. Keluarga merupakan pondasi yang paling dasar dari sebuah masyarakat. Jika setiap keluarga itu baik, insya Allah masyarakat (lebih luas lagi dalam lingkup negara dan dunia) akan menjadi baik. Rasanya tidak ada yang berlebihan dari ungkapan ini. Allah sendiri pernah berfirman: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS At Tahrim : 6).
Ini adalah dalil yang jelas, bahwa seorang lelaki punya tanggung jawab yang besar bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga terhadap keluarga yang menjadi tanggungannya. ia harus berusaha agar dirinya dan keluarganya tetap menjadi baik.
Bagaimana caranya? minimal dengan kata-kata lembut ketika berbicara dengan keluarganya. Tidak memperlakukan mereka dengan kasar secara fisik maupun mental. Berusaha mengambil jalan yang terbaik untuk semua (kebaikan untuk semua orang) ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan, berterimakasih karena telah diingatkan ketika ia berbuat salah, tidak egois dan apalagi selalu menyalahkan orang lain, menerima kritik dengan lapang dada, menghargai pendapat orang lain, tidak memandang remeh orang lain sementara memandang dirinya lebih pintar dan seterusnya…
Istri dan anak-anak yang baik tak lepas dari didikan yang baik pula dari suami/ayah mereka. Jangan salahkan istri dan anak yang susah diatur, karena bisa jadi karena suami/ayah mereka bukan orang yang baik.[Tidak ada ada anak buah yang bodoh, yang ada adalah pemimpin yang tidak pandai]. Pendek kata, lihatlah bagaimana lelaki pengatur rumah tangga memperlakukan mereka. Jika mereka diperlakukan baik (dididik dg baik, diingatkan ketika berbuat salah dengan cara yang ma’ruf, tidak sering marah dan berkata kasar dll).
Insya Allah hasil yang didapatkan juga akan baik. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, begitu kata orang. Dan semua ini takkan pernah bisa ia lakukan jika tidak mendapat bimbingan dari Allah. Makanya ia perlu bimbingan dari Sang Maha Pemberi Petunjuk. karena hidup adalah belajar tentang berbagai hal.
Inilah sebuah nasihat diambil dari makna sepucuk surat seorang anak dan nasihat ini ditujukan minimal untuk diri sendiri.
Semoga Allah Azza Wa Jalla menolong kita semua.
Amiin Allahumma Amin..
sumber: kaskus.us
Senin, 26 Juli 2010
SURAT UNTUK AYAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar