Suamiku
Kebahagiaan bukan sekedar kau telah memenuhi nafkah lahir ku
Tapi batinkupun menuntut untuk kau cintai
Tapi tahukah kau
Kalau kebahagiaanku ada bersamamu.
Aku mengerti kalau kebahagiaanmu
Adalah bersama alam bebas dan rimba belantara
Tapi jiwaku selalu merintih
Ketika kau nyenyak dalam hening
Saat dipeluk oleh dinginnya malam.
Suamiku,
Dalam heningnya malam
Ketika anak-anak kita telah memejamkan mata
Sering aku bertanya-tanya tentang kau yang di sana
Sampai kapan hidup seperti ini akan kita jalani
Suamiku
Betapa aku selalu iri pada teman-temanmu
Ketika ku dengar kau bercanda dengan mereka
Sementara…
Malam demi malam adalah sebenarnya adalah milikku
Untuk bisa tertawa bersamamu
Suamiku
Sering aku dibayangi oleh perasaan ngeri
Kalau sekarang ada wanita lain disisimu
Tapi aku percaya padamu
Bahwa tak mungkin kau menghianatiku.
Suamiku
Susah dan senang telah kita lalui bersama.
Betapa hidup terasa mudah saat kesulitan
Mesti datang menerpa
Tapi ….
Kita terpaksa dipisahkan oleh kewajiban
Kau yang berkewajiban mencari nafkah
Untuk kita dan anak-anak kita.
Sementara aku wajib menjaga rumahmu
Dan membesarkan anak-anak kita
Untuk menjadi manusia yang berguna.
Sementara hak kita
Untuk bisa menikmati hidup bersama
Untuk bisa selalu bersama
Untuk bisa menangis bersama
Untuk bisa tertawa bersama
Untuk bisa membesarkan anak-anak bersama
Terpaksa harus kita pendam
Sampai semua kewajiban
Mungkin mesti kita tuntaskan.
Suamiku
Mesti Jauh
Tiap malam aku selalu berdoa untukmu
Agar Rabb Pemilik hati selalu memberikan hidayah padamu
Agar Rabb Pemilik gunung, rimba, belantara, laut dan pemilik angkasa
Menjagamu dan Menghindarkanmu dari segala marabahaya.
Selesai ditulis di Padang
Tanggal 12 mei 2010
Oleh Abu Umar Abdul Aziz
Senin, 21 Juni 2010
SURAT SEORANG ISTRI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar